Politik MLM (Berdagang Kata-Kata)
Akhir-akhir ini media sosial ramai dengan foto-foto
kegiatan calon kepala daerah berkampanye, terutama di facebook. Tak
lagi heran jika calon kepala daerah tersebut begitu gencar mendatangi
kampung-kampung untuk memperlihatkan kepedualiannya kepada masyarakat. Dan,
memang begitulah seharusnya seorang calon, harus sebisa mungkin menarik
perhatian masyarakat. Jika sudah menjabat tentu semuanya serba tidak sempat
(padahal tidak ada kerjaan). Masyarakat sudah terbiasa disuguhi hal-hal
demikian oleh mereka yang ingin menjabat. Sebab, kebiasaan umum yang selalu
terjadi memang begitu; calon pejabat menjadi ramah, baik hati, tidak sombong,
murah senyum, merakyat, bersahaja, dan hal yang hampir mustahil tidak mereka
lakukan ialah berdagang kata-kata. Jika seorang calon pejabat/politikus tidak
mahir berdagang kata-kata, tidak ulung beretorika tentu akan menghambat misinya
untuk menarik kepercayaan masyarakat. Karena kata-katalah modal utama seorang
calon, selain itu, tentu rupiah.
Bicara soal berdagang kata-kata, kita semua tahu bahwa setiap calon baik itu Presiden, Gubernur, Bupati, DPR hingga ke tingkat Rt sekalipun tidak lepas dari berdagang kata-kata. Naga-naganya bisa jadi potensi baik jika membuka perusahaan kata-kata, atau membuka jasa kata-kata buat mereka yang hobinya cuma berkata-kata kepada masyarakat, agar supaya kata-katanya lebih luas menyebar. Hal itu, tentu sudah terjadi di tengah-tengah kita sekarang. Kata-kata calon pejabat atau yang telah menjabat didistribusikan langsung oleh media kepada masyarakat. Bahkan tak menutup kemungkinan beberapa media menjadi corong penguasa untuk meneruskan kata-katanya agar sebisa mungkin masuk ke semua telinga masyarakat. Menggelikan sekali. Bukankah seharusnya pejabat mendengarkan kata-kata rakyat/masyarakatnya, keluhan masyarakatnya, bukan malah sibuk berdagang kata-kata. Baca Juga: Kekerasan Seksual Non Fisik
Sejauh ini calon-calon pejabat tersebut sudah tampak
berhasil menyebarkan dagangannya. Terbukti di berbagai mulai media sosial mulai
dipenuhi oleh wajah dan kegiatannya di desa-desa. Sebulan terakhir hampir
setiap hari wajah-wajah calon tersebut melintas di beranda facebook, biasa dalam sehari mencapai 4 sampai 5 kali. Itu
menunjukan bahwa dagangannya sudah meluas dan tentu laris manis.
Saat ini tentu saja yang menjajakan dagangan bukan
lagi dia sebagai calon, tetapi masyarakat-masyarakat yang sudah mendaku sebagai
relawan dan lain sebagainya. Ya, dagangan calon kepala daerah dengan
kata-katanya dan serba-serbi kebaikannya telah menjamur di dunia maya. Menyebar
dari mata ke mata, mendengung dari telinga ke telinga. Seperti usaha yang lagi
tren dan digandrungi anak muda akhir-akhir ini (MLM), begitulah keadaannya.
Kata-kata dan segala kegiatan mereka melanglangbuana di media sosial untuk
menunjukan kepeduliannya kepada masyarakat, tentu agar diketahui umat seantero
dunia.
Sesekali aku pernah mendengar tentang calon kepala daerah tersebut mengatakan bahwa jika ia terpilih, ia akan menjadikan pemerintahannya bersih dari korupsi dan akan setia melayani rakyatnya. Bulshit sekali kata-kata itu. Tentu aku tidak mendengar secara langsung ia mengatakan hal itu. Sebab, aku sendiri tidak pernah hadir jika dia mengadakan kegiatan di desa-desa, lebih tepatnya aku malas mendengarkan orang berdagang kata-kata. Dalam hukum dagang seharusnya didasari oleh suka sama suka tanpa ada iming-iming, janji, apalagi kebohongan.
Menelisik pernyatannya tentang pemerintahan yang bersih dari korupsi dan setia melayani rakyat aku jadi teringat buku yang tempo hari kubaca, di mana ada berbagai pendekatan politik. Ramlah Surbakti mengajukan ada enam pendekatan (perspektif) untuk memahami politik yaitu; Pendekatan kekuasaan, Pendekatan Instusional, Pendekatan moral, Pendekatan konflik, Pendekatan fungsional, Pendekatan analisis wacana politik. Berdasarkan pernyataan calon tersebut yang menyatakan akan membuat pemerintahannya bersih dan setia melayani rakyat, rasa-rasanya selaras dengan pendekatan moral yang diajukan oleh Ramlah Surbakti. Pendekatan moral memandang politik adalah mulia. Dikatakan politik mulia, karena politik merupakan kegiatan untuk mendiskusikan dan merumuskan “good society” atau “the best regime”. Dengan kegiatan ini kemudian muncul pemikiran tentang pemerintahan yang bersih dan melayani publik. The best regime merupakan preskripsi tentang negara, masyarakat dan warga yang baik dan dicita-citakan. Mungkin calon kepala daerah yang berkata demikian juga sadar bahwa ia sedang menjual diri menggunakan pendekatan ini. Entah anggota MLMnya sadar atau tidak?
Memang menggelitik jika membicarakan intrik-intrik
politikus. Banyak sekali hal-hal yang mengocok perut sebetulnya yang bisa
ditangkap dari calon-calon tersebut, apalagi dari anggota MLMnya yang setiap
hari menjajakan kata-katanya. Menjajakan kegiatannya. Menjajakan keramah-tamahannya.
Seperti bisnis-bisnis MLM pada umumnya, tentu anggota tersebut akan mendapatkan
persenan, siapa yang paling gencar promosi ia yang akan banyak mendapatkan
hasil. Mungkin? Tapi sudahlah, anggap saja kata-katanya, keramah-tamahannya
yang selalu muncul di media sosial itu sebagai hiburan untuk tertawa. Karena
kepalsuan juga perlu dirayakan. Salah satu cara merayakan kepalsuan, kebohongan
adalah dengan cara menertawakannya. Sambas, 22 Des 2019
0 Komentar